Kampung Adat Banceuy terdapat di wilayah Subang Selatan, tepatnya di Desa Sanca, Kec. Kasomalang, Subang. Kampung Banceuy sebelumnya bernama Negla. Dahulu, di kampung itu hanya terdapat tujuh rumah kemudian karena hantaman angin topan, ketujuh rumah tersebut hancur. Ketujuh tokoh diatas ngabanceuy (bermusyawarah) untuk mengatasi masalah yang ada, mereka sepakat untuk mengundang paranormal yang bernama Bapak Suhab yang berasal dari Kampung Ciuki Desa Pasanggrahan untuk mendirikan sebuah kampung baru, yang letaknya 100 meter dari Banceuy (Negla) yang dulu. Akhirnya ketujuh sesepuht tersebut memutuskan untuk mengganti nama Negla menjadi Banceuy dikarenakan riwayat pencarian nama pengganti Negla ini dilaksanakan dengan cara musyawarah. Sedangkan kata Banceuy sendiri diambil dari bahasa keseharian masyarakat Banceuy yaitu bahasa Sunda, yang artinya adalah musyawarah. Jadi nama Banceuy diambil dari riwayat dicarinya nama tersebut yang dilakukan dengan cara ngabanceuy atau musyawarah.
Adat istiadat yang masih ada di Banceuy yaitu :
• Untuk keselamatan dan ketentraman warga Banceuy, harus ditumbalkan atau dikorbankan kambing atau ayam oleh keturunan uyut Artawijaya. Keturunan uyut Artawijaya yang masih hidup yaitu Abah Karlan. Artawijaya mempunyai keturunan yaitu Adijaya, Eyang Itoh merupakan keturunan dari Adijaya, dan Abah Karlan merupakan keturunan dari Eyang Itoh. Adat tersebut masih dilaksanakan sampai sekarang.
• Kehidupan warga Banceuy tidak boleh lepas dari uyut Artawijaya karena uyut Artawijaya adalah pemimpin yang terkuat.
• Jika akan menanam tanaman, mengadakan tamiang kubur, membakar menyan,
• rujakan kelapa, pisang, asem.
• Jika akan panen, diadakan sawer daun kawung sasaungan.
• Ngarasulkeun, yaitu salah satu wujud rasa syukur dengan cara mengadakan kumpulan dan membakar menyan di tiap-tiap rumah.
• Hajat Wawar, yaitu menyediakan sesajen, rujakan, dan makanan yang selanjutnya makanan tersebut akan dibagikan kepada setiap orang yang tidak mampu. Hajat wawar dilakukan setiap 3 bulan sekali di tengah kampung / tiap RT.
• Mapag cai, yaitu syukuran agar air dapat mengalir dengan lancar. Dalam 1 tahun dibagi dua,
1. Pada bulan ke-4 : air dialirkan ke luar Banceuy.
2. Pada bulan ke-10 : air dialirkan ke Banceuy, sebelumnya pemerintah telah memberi tahu kepada warga Banceuy bahwa air akan dialirkan ke Banceuy.
• Hajat Solokan, yaitu adat memotong domba di mata air, kemudian darahnya dialirkan ke sungai itu. Domba untuk upacara dari masyarakat.
• Ruwatan bumi, dilakukan setiap satu kali per tahun. Dalam menentukan hari untuk melakukan ruwatan sudah ditentukan dari dulu, tepatnya ruwatan harus dilaksanakan pada hari Rabu akhir bulan Rayagung (Desember). Ruwatan dilakukan untuk peningkatan perekonomian dan merupakan wujud syukur atas meningkatnya hasil panen.
3 Istilah Ruwatan
1) Ngarumat : memelihara
2) Ngarawat : penghasilan
3) Ngaruwat : kuat dalam menjalani hidup
Jadi, setelah ngarumat dan ngarawat maka dilakukuan ngaruwat agar diberi kekuatan dalam menjalani hidup. Ruwatan hanya dilakukan oleh masyarakat Banceuy. Proses pelaksanaan ruwatan ini dimulai sejak hari Selasa subuh untuk mempersiapkan bahan-bahan ruwatan, pemasangan tanda akan diadakan ruwatan. Ruwatan bumi pertama kali dilakukan oleh warga Banceuy pada tahun 1807. Dalam melakukan ruwatan, diperlukan dana yang tidak sedikit. Biaya ruwatan tahun kemarin (2008) telah menghabiskan dana 20 juta. Warga menyumbangkan dana seadanya.
• Upacara pernikahan di Banceuy tidak memiliki banyak perbedaan dengan upacara pernikahan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Sunda pada umumnya, seperti menginjak telur, seserahan, nyawer, dan hiburan. Nyawer yaitu menaburkan beras ke pengantin dengan makna rumah tangga harus mampu memenuhi sandang, dan berbagi kepada saudara dan kerabat. Dalam rumah tangga harus sadugeun, sakopeun, dan sahoseun. Yang artinya penyakit, makan, dan meninggal. Jadi dalam rumah tangga harus bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti makan, agar kita tidak terserang penyakit tapi pada dasarnya semua orang itu akan meninggal. Hiburan yang dilaksanakan dalam upacara pernikahan di Banceuy bebas, tetapi sisingaan jarang diadakan walaupun sisingaan tersebut tidak dilarang. Tetapi jika ingin mengadakan sisingaan, maka harus menyewa sisingaan dari kampung lain karena di Banceuy tidak ada sisingaan melainkan Gembyung.
LARANGAN DAN PANTANGAN KAMPUNG ADAT BANCEUY
• Di kampung Banceuy terdapat sebuah pohon yang berbentuk seperti janggut.Pohon tersebut tidak boleh ditebang dan di bawah pohon tersebut terdapat mata air yang tidak boleh diganggu oleh siapapun karena tempatnya sangar. Maksud sangar disini bukan angker tetapi tempat tersebut merupakan sumber kehidupan karena jika tempat tersebut rusak maka pertanian kampung Banceuy akan terhambat. Tetapi dikarenaakn kemajuan jaman maka pantangan tersebut ada yang melanggar, tetapi untuk upacara adat dan lainnya sampai sekarang tidak ada yang melanggar. Dan akhirnya sekarang Banceuy kekurangan air , dan tiap pada bulan ke-10 maka Banceuy akan menerima aliran air.
• Perempuan di Banceuy dilarang untuk keluar malam kecuali untuk ke masjid, sebab ditakutkan diculik dan dihamili oleh kelong. Kelong disini maksudnya bukan hantu melainkan laki-laki.
MATA PENCAHARIAN KAMPUNG ADAT BANCEUY
Pada umumnya warga Banceuy bekerja sebagai petani. Tapi selain petani, ada juga yang menjadi peternak (sapi). Tanaman yang ditanam diantaranya padi, timun, tomat, kacang, dan sayuran. Hasil panen dari sektor pertanian sekitar 4 truk / 6 truk perminggu. Hasil tersebut kemudian dijual ke Bekasi. Sektor pertanian ( palawija ) dan peternakan ( sapi ) merupakan penyumbang terbesar dalam memajukan Banceuy.
Di Banceuy ada 1 amanat yang harus selalu diingat khusunya untuk kaum perempuan, yaitu “sebagai pelajar, kita harus bisa menjadi generasi penerus yang bisa mencapai cita-cita kita. Dan janganlah disia-siakan jerih payah orang tua yang hanya untuk menyekolahkan kita dikarenakan hilangnya virginitas oleh laki-laki. Karena jika virginitas telah hilang, maka cita-cita yang didambakn tidak dapat dicapai, selain itu jerih payah orang tua kita juga sia-sia